Jangan Asal Bikin Brand Touchpoint, Pikirkan Juga Brand Experience yang Nyambung
- KLMSY Digital
- May 15
- 3 min read
Banyak bisnis udah punya branding yang estetik, dari logo, packaging produk sampai Instagram feed. Tapi ketika pelanggan masuk ke website, datang ke toko, atau ngobrol sama CS rasanya kayak ngobrol sama brand yang beda-beda.
Hal ini bisa terjadi karena brand tersebut belum membangun brand experience yang nyambung dari satu touchpoint ke touchpoint lain.
Apa Itu Brand Touchpoint?
Brand touchpoint adalah semua titik di mana orang berinteraksi dengan brand kamu, baik langsung maupun nggak langsung. Mulai dari social media, website, packaging, customer service, sampai cara tim kamu bales WhatsApp.
Dan ini penting banget, karena dari semua titik itulah persepsi brand terbentuk. Jadi bukan cuma dari desain yang cakep doang ya!
Konsisten Bukan Berarti Membosankan
Sering disalahpahami, konsistensi bukan berarti semua hal harus kaku dan seragam. Yang penting adalah keselarasan brand messages, tone, dan brand experience yang dirasakan audiens di setiap touchpoint.
Contoh:
Kalau tone Instagram kamu santai dan hangat, tapi email kamu terdengar kaku dan formal, orang akan bingung.
Kalau packaging kamu eco-friendly tapi delivery-nya boros plastik, tingkat kepercayaan customers pada nilai yang dianut brand kamu akan turun.
Inilah kenapa brand strategy penting: supaya setiap tim, channel komunikasi, dan touchpoint bicara hal yang sama.
Touchpoint Harus Dibangun dengan Intentional
Kunci dari brand yang kuat adalah intentionality. Semua yang audiens lihat, rasakan, dan alami harus sesuai dengan identitas dan nilai brand kamu.
Artinya:
Bukan cuma punya desain bagus, tapi juga brand experience yang mendukung narasi dan postitioning.
Bukan cuma jadi brand yang responsif terhadap perubahan trend, tapi juga relevan.
Bukan cuma hadir di banyak platform, tapi juga tahu peran masing-masing platform dalam brand journey.
Touchpoint adalah alat komunikasi yang hidup bagi brand yang ingin tumbuh tetap relevan bagi audiensnya. Bahkan hal kecil seperti cara CS membalas chat atau nada voice-over di video bisa jadi pembentuk persepsi brand yang kuat. Saat semuanya nyambung, brand terasa lebih solid dan trustworthy.
Misalnya, brand produk skincare lokal yang tone-nya selalu edukatif dan empowering akan terasa janggal kalau tiba-tiba bikin campaign yang cuma lucu-lucuan tanpa makna. Konsistensi bukan membatasi kreativitas, tapi justru membentuk batasan agar semua ekspresi brand tetap terarah.
Membangun Brand Experience yang Nyambung
Perlu dipahami bahwa brand experience bukan cuma berfungsi sebagai sebuah journey menyenangkan bagi customers yang sudah beli. Audiens yang baru kenal brand kita pun bisa dapet kesan pertama dari touchpoint awal kayak bio Instagram, cara kamu membalas DM, atau bahkan desain pop-up di website.
Begitu banyak peluang untuk memperkuat kesan brand, tapi juga begitu banyak peluang bikin orang gagal beli kalau tiap touchpoint terasa asal-asalan atau nggak punya benang merah. Konsistensi experience inilah yang bikin brand terasa utuh dan layak diingat.
Jadi, Harus Mulai Dari Mana?
Audit semua touchpoint milik brand kamu sekarang. Apakah semuanya udah nyambung secara tone, message, dan value?
Susun brand guidelines yang nggak cuma mencakup desain, tapi juga voice, respons, dan experience.
Latih tim kamu untuk mengerti nilai dan tujuan brand. Karena yang menggerakkan brand experience adalah orang-orangnya.
Perhatikan audience journey, dari awareness sampai beli dan balik lagi. Apakah mereka dapet pengalaman yang konsisten dan menyenangkan?
Kamu juga bisa tes sendiri. Coba bayangin kamu jadi calon customers yang baru pertama kali lihat brand kamu. Dari social media, ke website, sampai ke proses pembelian, apakah semuanya terasa satu napas? Atau malah kayak brand yang berbeda-beda?
Brand yang kuat dibangun dari pengalaman yang konsisten, bukan sekadar visual yang rapi. Di KLMSY Digital, kami bantu kamu bikin touchpoint yang intentional dan terarah agar setiap interaksi dengan brand jadi lebih terasa dan menetap di hati audiens dan customers.
